, ,

Warisan Budaya Pemkot Probolinggo Galakkan Olahraga Tradisional Di Kalangan Pelajar

oleh -221 Dilihat

Wali Kota Cup 2025: Ajak Generasi Muda Probolinggo Lepas dari Gawai, Kembali ke Arena Permainan Tradisional

Probolinggo- Dalam upaya membendung dampak negatif kecanduan gawai dan menyelamatkan warisan budaya dari kepunahan, Pemerintah Kota (Pemkot) Probolinggo mengambil langkah konkret dengan menghidupkan kembali semangat olahraga tradisional. Melalui gelaran Lomba Olahraga Tradisional Wali Kota Cup 2025, ratusan pelajar SMP/MTs se-Kota Probolinggo diajak untuk meninggalkan layar ponsel sejenak dan merasakan langsung serunya berlari, bekerja sama, dan tertawa lepas di arena permainan.

Warisan Budaya Pemkot Probolinggo Galakkan Olahraga Tradisional Di Kalangan Pelajar
Warisan Budaya Pemkot Probolinggo Galakkan Olahraga Tradisional Di Kalangan Pelajar

Baca Juga : Curwan Kembali Terjadi Di Probolinggo, Sapi Warga Lanjut Usia Raib

Acara yang berlangsung meriah selama dua hari di GOR A. Yani ini bukan sekadar ajang kompetisi, melainkan sebuah gerakan kultural untuk mengingatkan generasi muda pada kekayaan permainan nenek moyang yang sarat akan nilai-nilai luhur.

Wali Kota Probolinggo, dr. Aminuddin, dalam sambutannya menyampaikan keprihatinan sekaligus harapannya

“Ini adalah olahraga kita di zaman dahulu, yang sayangnya mulai terlupakan oleh generasi masa kini. Bisa jadi, banyak dari adik-adik kita di sini baru pertama kali memegang egrang atau berlari dengan terompah panjang. Melalui event yang digagas Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dispopar) ini, kami ingin menyalakan kembali api kecintaan pada permainan tradisional. Tujuannya lebih dari sekadar menang atau kalah, tetapi agar mereka saling mengenal, berinteraksi langsung, dan belajar dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,” papar Aminuddin dengan semangat.

Lebih lanjut, Wali Kota menerangkan bahwa di balik kesederhanaan permainan tradisional, tersimpan filosofi hidup yang dalam

“Gobak sodor, egrang, atau terompah panjang bukanlah permainan biasa. Di dalamnya, kita belajar arti kebersamaan dan kekompakan tim yang solid. Kita dilatih untuk berkomunikasi yang efektif, mengasah jiwa kepemimpinan, serta menumbuhkan kedisiplinan untuk patuh pada aturan. Ini adalah pendidikan karakter yang paling menyenangkan,” ungkapnya.

Pemilihan GOR A. Yani sebagai venue pun memiliki maksud strategis. Aminuddin mengaku ingin sekaligus memperkenalkan dan memeriahkan sentra kuliner baru Kota Probolinggo yang berada di lokasi yang sama. “Dengan demikian, GOR A. Yani tidak hanya dikenal sebagai pusat olahraga, tetapi telah bertransformasi menjadi destinasi yang hidup, tempat masyarakat berolahraga sekaligus menikmati kuliner khas Probolinggo. Kami ingin anak-anak muda juga mengenal dan mencintai potensi kotanya sendiri,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dispopar Kota Probolinggo, Rachmadeta Antariksa, menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Jadi ke-666 Kota Probolinggo. Menurutnya, inisiatif ini adalah sebuah keniscayaan di tengah dominasi kehidupan digital anak-anak.

“Lomba olahraga tradisional untuk tingkat SMP/MTs ini adalah yang pertama kali kami selenggarakan secara khusus. Kami menghadirkan tiga cabang lomba yang penuh tantangan, yaitu terompah panjang, gobak sodor, dan egrang. Di era di mana gawai seolah telah menjadi ‘teman utama’, kami merasa perlu hadir untuk mengingatkan kembali bahwa ada dunia nyata yang tak kalah seru. Ada pelajaran hidup berharga yang hanya bisa didapat dari permainan tradisional ini. Ini adalah upaya kita bersama untuk melestarikan warisan budaya sekaligus menjaga masa depan anak-anak yang seimbang,” tegas Rachmadeta.

Antusiasme peserta terlihat jelas di setiap sudut GOR. Sorak-sorai, tawa, dan raut wajah penuh konsentrasi mewarnai setiap pertandingan.

Dior

No More Posts Available.

No more pages to load.